Mochtar Lubis, Bukan Pahlawan yang Tak Retak

SEJARAH harian Indonesia Raya di bawah Mochtar Lubis adalah sebuah riwayat perlawanan dan keteguhan berpegang pada prinsip. Berbeda dengan media cetak lainnya, ia bersama awak Indonesia Raya tak mau tunduk, menolak berkompromi dengan pemerintah.

Buku Biografi Mochtar Lubis karya David T. Hill

Padahal, di bawah rezim Orde Baru, organisasi media dan pekerja pers tak hanya dituntut profesional  dalam kerja pemberitaan. Media dan wartawan mesti memiliki strategi jangka panjang agar bisa bertahan terbit –termasuk, bila perlu, strategi melakukan kompromi dan patuh mengikuti “petunjuk” pemerintah (Hanazaki, 1998; Steele, 2005).

Andaikan Mochtar Lubis mau berkompromi terhadap rezim militer Orde Baru, barangkali saat ini harian Indonesia Raya yang ia pimpin telah menjadi imperium media yang memiliki sejumlah penerbitan koran daerah, majalah mingguan, tabloid, jaringan media online, stasiun televisi dan radio. Seperti kecenderungan banyak media di Jawa saat ini.

Namun kita tahu, tak lama setelah peristiwa malapetaka 15 Januari 1974 (Malari), sejarah harian dengan gaya jurnalisme anjing penjaga ini benar-benar menemui titik akhir. Mochtar meletakkan perjuangan mempertahankan prinsip jurnalisme di atas kepentingan untuk mempertahankan masa depan penerbitan Indonesia Raya. Continue reading “Mochtar Lubis, Bukan Pahlawan yang Tak Retak”